Senin, 01 Februari 2016

Vox Rano Vox Populi: Sebuah Upaya Merawat Perjuangan

Oleh: Rahmad Samadi 


Saat pertama kali membaca dan mengamati wacana yang berkembang tentang nama-nama calon ketua KNPI Kabupaten Banggai di salah satu media lokal dan beberapa postingan di media social, secara umum saya mengapresiasi semua calon yang memiliki niatan baik untuk mengawal gerak geneologi KNPI Kabupaten Banggai ke depan. 

Namun dari sepuluh nama calon yang sempat mewacana dan digadang-gadang tersebut, ada satu nama tokoh pemuda yang sangat menarik perhatian saya, juga oleh beberapa teman di Gorontalo. Pemuda itu adalah Muhamad Gufran Lahmad, atau akrab dengan sapaan Rano. Bagi teman-teman aktivis di Gorontalo, mengenal Rano adalah mengenal kesederhaan, cerdas, dan juga populis.

Sebetulnya agak riskan dan tentu saja akan dituding berlebihan jika menulis sosok tertentu dengan lebih mengedepankan subyektifitas seperti ini. Anggapan dan lontaran kalimat pasti datang silih-berganti kepada saya yang terlalu mempromosikan figur seseorang saja. Tapi mari kita tanggalkan dulu tudingan itu. Sebab kita tentunya berharap bahwa KNPI yang notebenenya merupakan representasi dari organisasi-organisasi kepemudaan nasional bisa kembali kepada marwahnya sebagai creator dan simpul gerakan pemuda Indonesia. 

Sebagai bagian dari entitas mahasiswa dan kaum muda Indonesia, kita pasti menginginkan Kembalinya KNPI Kabupaten Banggai sebagai arsitek ulung yang selalu berperan aktif dalam usahanya mendorong laju pembangunan daerah dan nasional. Apakah itu dimanifestasikan melalui pemikiran dan ide-ide  konstruktif paradigmatik, maupun melalui langkah kongkrit yang terprogramatik dalam kegiatan-kegiatan kepemudaan. Kita juga berharap KNPI Kabupaten Banggai bisa menjadi katalisator kreativitas pemuda-pemudi Kabupaten Banggai, sekaligus berperan sebagai fasilitator yang bisa meningkatkan kapasitas intelegensi dan daya juang pemuda digaris kerakyatan.

Hadirnya sahabat Rano di pentas gerakan kepemudaan di Kabupaten Banggai saat ini haruslah dipandang sebagai bagian dari perjalanan panjang KNPI Kabupaten Banggai dalam proses dialegtika dan regenerasi kepemimpinannya dengan tidak mengesampingkan track record (rekam jejak) sahabat Rano dengan semua kandidat yang ada. Bagi saya track record penting dalam melihat figure seorang pemimpin.

Untuk itu melalui tulisan ini saya mencoba sedikit mengulas sosok figur Mohamad Gufran Lahmad atau akrab disapa Rano ini, dari sisi rekam jejak keterlibatannya dalam beberapa gerakan kemahasiswaan dan kepemudaan di Provinsi Gorontalo sejak tahun 2003 sampai tahun 2009 sebelum akhirnya Rano, memilih hijrah untuk mulai bergabung bersama teman-teman mahasiswa dan pemuda di Kota Luwuk untuk bersama membangun gerakan sosial hingga saat ini. 

Bagi sebagian orang mungkin baru mulai mengenal konsep pemikiran dan gerakan sahabat Rano ketika ia mulai aktif dalam beberpa organisasi kemahasiswaan dan organisasi kepemudaan yang ada di Kabupaten Banggai. Sebut saja ketika ia diberi kepercayaan menjadi Humas Karang Taruna Karaton, Ketua Banteng Muda Indonesia (BMI), atau ketika ia bergabung bersama LSM Yayasan Tanah Merdeka Kantor Lapangan Luwuk, dan ketika Rano aktif dalam beberapa gerakan sosial, pengadvokasian, dan pengorganisasian rakyat dibeberapa kecamatan di Kabupaten Banggai. 

Namun jauh sebelum itu, sosok Rano sebenarnya bukan orang baru dalam dunia gerakan sosial dan kepemudaan, khususnya di Provinsi Gorontalo pada kisaran tahun 2003 sampai 2008. Berbagai amanah mulai diembannya, mulai dari menjadi Sekertaris Umum Ikatan Mahasiswa Indonesia Kabupaten Banggai (IMIKB Gorontalo) Periode 2006-2007, Ketua Bidang Advokasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII Cabang Kota Gorontalo) masa khidmad 2008-2009,sekertaris bidang LITBANG PC PMII Kota Gorontalo Masa Khidmad 2009-2010, Ketua Bidang Advokasi dan HAM Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Gorontalo Periode 2007-2008, bahkan sempat diberi mandat menjadi Koordinator Forum Solidaritas Lingkar Moeda Nusantara (FS LIMONU sebagai organ taktis kaum muda NU atau Nahdatul Ulama yang dibentuk khusus mendampingi pedagang kaki lima di pasar jajan Gorontalo melawan penggusuran pada tahun 2008). 

Dari rekam jejak ini, penulis berusaha memberi gambaran sederhana dari kontribusi kecil Rano dalam perjalanan hidupnya sebagai seorang pegiat muda yang tak pernah berhenti berjuang melawan ketidakadilan. Ketekunan, dan kesetian terhadap proses disetiap organisasi yang penah digelutinya di Gorontalo ketika itu tentunya menjadi bagian yang tidak terlepaskan dari pola gerakan dan garis pemikirannya saat ini. 

Ada banyak hal mengenai kegelisahan dan pemikirannya tentang arah dan gerak ke depan KNPI Kabupaten Banggai yang sempat disampaikannya kepada saya.

 “Pemuda hari ini harus menyadari bahwa kontrol pemerintah nasional maupun daerah ada di tangan pemuda. Pemuda sebagai tulang punggung punya peran strategis dalam hal merekonstruksi dan mengkonsolidasikan seluruh elemen pemuda yang ada. Serta KNPI seharusnya tidak dimonopoli oleh virus kelompok kepentingan tertentu, sehingga KNPI tidak mengalami alienasi peran dalam struktur masyarakat serta mengalami degradasi dalam realitas saat ini. Intinya adalah mengembalikan roh perjuangan pemuda yang konsisten dan berkomitmen tinggi terhadap daerah, bangsa, dan Negara sehingga tidak mudah terkooptasi oleh kepentingan politik kekuasaan.” 

Beberapa butir kegelisahaan dan aras yang Rano ucapkan di atas yang membuat saya yakin bahwa tanpa mengurangi apresiasi dan dukungan moril terhadap semua calon kandidat yang ada, Rano adalah satu dari sekian banyak potensi kaum muda progresif yang wajib mendapatkan kesempatan yang sama, dari kelompok muda yang selama ini menamakan dirinya kaum muda progresif Kabupaten Banggai untuk menahkodai KNPI Kabupaten Banggai. Tentu saja, dengan menahkodai KNPI di Kabupaten Banggai pula, maka upaya-upaya untuk merawat perjuangan itu akan terus terjaga. Vox Rano Vox Populi.




Tidak ada komentar:

Filem Dokumenter Batui ; Mereka Yang Bertahan Di Tanah Asat

Ini adalah filem dokumentar adat batui, kabupaten banggai sulawesi tengah, filem ini menggangkat tema mereka yang bertahan di tanah adat, pr...