Oleh: Rahmad Samadi
Saat pertama kali membaca dan mengamati wacana yang
berkembang tentang nama-nama calon ketua KNPI Kabupaten Banggai di salah satu
media lokal dan beberapa postingan di media social, secara umum saya
mengapresiasi semua calon yang memiliki niatan baik untuk mengawal gerak
geneologi KNPI Kabupaten Banggai ke depan.
Namun dari sepuluh nama calon yang sempat mewacana dan
digadang-gadang tersebut, ada satu nama tokoh pemuda yang sangat menarik
perhatian saya, juga oleh beberapa teman di Gorontalo. Pemuda itu adalah
Muhamad Gufran Lahmad, atau akrab dengan sapaan Rano. Bagi teman-teman aktivis
di Gorontalo, mengenal Rano adalah mengenal kesederhaan, cerdas, dan juga
populis.
Sebetulnya agak riskan dan tentu saja akan dituding
berlebihan jika menulis sosok tertentu dengan lebih mengedepankan subyektifitas
seperti ini. Anggapan dan lontaran kalimat pasti datang silih-berganti kepada
saya yang terlalu mempromosikan figur seseorang saja. Tapi mari kita tanggalkan
dulu tudingan itu. Sebab kita tentunya berharap bahwa KNPI yang notebenenya
merupakan representasi dari organisasi-organisasi kepemudaan nasional bisa
kembali kepada marwahnya sebagai creator dan simpul gerakan pemuda Indonesia.
Sebagai bagian dari entitas mahasiswa dan kaum muda
Indonesia, kita pasti menginginkan Kembalinya KNPI Kabupaten Banggai sebagai
arsitek ulung yang selalu berperan aktif dalam usahanya mendorong laju
pembangunan daerah dan nasional. Apakah itu dimanifestasikan melalui pemikiran
dan ide-ide konstruktif paradigmatik,
maupun melalui langkah kongkrit yang terprogramatik dalam kegiatan-kegiatan
kepemudaan. Kita juga berharap KNPI Kabupaten Banggai bisa menjadi katalisator
kreativitas pemuda-pemudi Kabupaten Banggai, sekaligus berperan sebagai
fasilitator yang bisa meningkatkan kapasitas intelegensi dan daya juang pemuda
digaris kerakyatan.
Hadirnya sahabat Rano di pentas gerakan kepemudaan di
Kabupaten Banggai saat ini haruslah dipandang sebagai bagian dari perjalanan
panjang KNPI Kabupaten Banggai dalam proses dialegtika dan regenerasi
kepemimpinannya dengan tidak mengesampingkan track record (rekam jejak) sahabat
Rano dengan semua kandidat yang ada. Bagi saya track record penting dalam
melihat figure seorang pemimpin.
Untuk itu melalui tulisan ini saya mencoba sedikit mengulas
sosok figur Mohamad Gufran Lahmad atau akrab disapa Rano ini, dari sisi rekam
jejak keterlibatannya dalam beberapa gerakan kemahasiswaan dan kepemudaan di
Provinsi Gorontalo sejak tahun 2003 sampai tahun 2009 sebelum akhirnya Rano,
memilih hijrah untuk mulai bergabung bersama teman-teman mahasiswa dan pemuda
di Kota Luwuk untuk bersama membangun gerakan sosial hingga saat ini.
Bagi sebagian orang mungkin baru mulai mengenal konsep
pemikiran dan gerakan sahabat Rano ketika ia mulai aktif dalam beberpa organisasi kemahasiswaan dan organisasi kepemudaan yang ada
di Kabupaten Banggai. Sebut saja ketika ia diberi kepercayaan menjadi Humas
Karang Taruna Karaton, Ketua Banteng Muda Indonesia (BMI), atau ketika ia
bergabung bersama LSM Yayasan Tanah Merdeka Kantor Lapangan Luwuk, dan ketika
Rano aktif dalam beberapa gerakan sosial, pengadvokasian, dan pengorganisasian
rakyat dibeberapa kecamatan di Kabupaten Banggai.
Namun jauh sebelum itu, sosok Rano sebenarnya bukan orang
baru dalam dunia gerakan sosial dan kepemudaan, khususnya di Provinsi Gorontalo
pada kisaran tahun 2003 sampai 2008. Berbagai amanah mulai diembannya, mulai
dari menjadi Sekertaris Umum Ikatan Mahasiswa Indonesia Kabupaten Banggai
(IMIKB Gorontalo) Periode 2006-2007, Ketua Bidang Advokasi Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia (PMII Cabang Kota Gorontalo) masa khidmad 2008-2009,sekertaris
bidang LITBANG PC PMII Kota Gorontalo Masa Khidmad 2009-2010, Ketua Bidang
Advokasi dan HAM Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Gorontalo
Periode 2007-2008, bahkan sempat diberi mandat menjadi Koordinator Forum
Solidaritas Lingkar Moeda Nusantara (FS LIMONU sebagai organ taktis kaum muda
NU atau Nahdatul Ulama yang dibentuk khusus mendampingi pedagang kaki lima di
pasar jajan Gorontalo melawan penggusuran pada tahun 2008).
Dari rekam jejak ini, penulis berusaha memberi gambaran
sederhana dari kontribusi kecil Rano dalam perjalanan hidupnya sebagai seorang
pegiat muda yang tak pernah berhenti berjuang melawan ketidakadilan. Ketekunan,
dan kesetian terhadap proses disetiap organisasi yang penah digelutinya di
Gorontalo ketika itu tentunya menjadi bagian yang tidak terlepaskan dari pola
gerakan dan garis pemikirannya saat ini.
Ada banyak hal mengenai kegelisahan dan pemikirannya tentang
arah dan gerak ke depan KNPI Kabupaten Banggai yang sempat disampaikannya
kepada saya.
“Pemuda hari ini harus
menyadari bahwa kontrol pemerintah nasional maupun daerah ada di tangan pemuda.
Pemuda sebagai tulang punggung punya peran strategis dalam hal merekonstruksi dan
mengkonsolidasikan seluruh elemen pemuda yang ada. Serta KNPI seharusnya tidak
dimonopoli oleh virus kelompok kepentingan tertentu, sehingga KNPI tidak
mengalami alienasi peran dalam struktur masyarakat serta mengalami degradasi
dalam realitas saat ini. Intinya adalah mengembalikan roh perjuangan pemuda
yang konsisten dan berkomitmen tinggi terhadap daerah, bangsa, dan Negara
sehingga tidak mudah terkooptasi oleh kepentingan politik kekuasaan.”
Beberapa butir kegelisahaan dan aras yang Rano ucapkan di atas
yang membuat saya yakin bahwa tanpa mengurangi apresiasi dan dukungan moril
terhadap semua calon kandidat yang ada, Rano adalah satu dari sekian banyak
potensi kaum muda progresif yang wajib mendapatkan kesempatan yang sama, dari
kelompok muda yang selama ini menamakan dirinya kaum muda progresif Kabupaten
Banggai untuk menahkodai KNPI Kabupaten Banggai. Tentu saja, dengan menahkodai
KNPI di Kabupaten Banggai pula, maka upaya-upaya untuk merawat perjuangan itu
akan terus terjaga. Vox Rano Vox Populi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar