Oleh : Muslih B. Ading S.Pd
Tumpe adalah telur pertama burung maleo (dalam bahasa batui dikenal dengan manuk mamua) yang mana diamanatkan oleh leluhur bahwa setiap burung maleo bertelur, maka telur pertama burung maleo dihantarkan ke banggai, hal ini dikandung maksud agar raja banggai dapat mengetahui perkembangan rakyatnya yang ada dibatui. sebagaimana cerita legenda masyarakat adat batui yang tetap terpelihara hingga dewasa ini.
Ringkas Cerita
Konon disaat kerajaan banggai baru terbentuk, ada seorang punggawa dari kerajaan dipulau jawa yang menjadi pemimpin dikerajaan banggai yang bernama Adi Cokro yang berdarah jawa kediri yang bermaksud datang keternate dan banggai untuk lebih memperdalam ilmu agama karena ia mendengar ditanah ternate dan batui tersohor dua orang waliul islam bernama syekh Albar diternate dan syekh Jabar di tanah batui, oleh karena pengaruh dialeg masyarakat banggai, nama Adi Cokro kemudian disebut Adi Soko.
Dikisahkan sewaktu menjadi raja, Adi Soko sempat melakukan perjalanan keliling wilayah kerajaan banggai, diantaranya singgah di kerajaan motindok yang berada dibatui. Adi Soko akhirnya menikah dengan Siti Aminah, putri dari raja motindok. perkawinan Adi Soko dengan siti aminah dikaruniai seorang putera bernama abu kasim, setelah menikah dengan putri kerajaan motindok, oleh Adi Soko, Siti Aminah dan putranya abu kasim diboyong kekerajaan banggai.
Setelah beberapa tahun memimpin kerajaan banggai, Adi Soko kemudian kembali kepulau jawa. karena Selain menikah dengan seorang wanita berdarah portugis yang berada diternate bernama Castella yang juga dikarunia seorang putra bernama France Maulana Mandafar, dan menikahi Siti Aminah dari motindok, Adi Soko juga mempunyai istri dan anak dipulau jawa yang diberi nama putri saleh (dijuluki putri selendang). semenjak Adi Soko kembali kepulau jawa, mulai saat itu pula kerajaan banggai kehilangan pemimpin. rakyat kemudian hidup dalam suasana kacau balau seperti anak ayam yang kehilangan induknya,
Singkat cerita, ditengah kebingungan para sesepuh/petinggi kerajaan teringat pada salah seorang anak Adi Soko yang pernah tinggal di banggai bersama ibunya Siti Aminah. sayangnya para petinggi kerajaan tidak tahu lagi dimana rimba siti aminah dan anaknya itu berada. karena sejak ditinggal adi soko ke tanah jawa, siti aminah dan anaknya memilih untuk hidup menyendiri disebuah bukit dipulau banggai yakni Gunung Tatandak.
Konon munculah seorang tua separuh baya memanggil pimpinan petinggi kerajaan bersama para sesepuh dengan maksud memberi petunjuk.
" pergilah ajak putra raja kita (maksudnya adalah Abu Kasim) yang sekarang berada digunung tatandak. perhatikan baik-baik bahwa ia sangat menyukai dan senang bermain gasing, dan bila ia bermain tidak pernah memutar, tetapi selalu memukul gasing lawannya"
Dan kala itu permainan gasing hanya diperuntukan bagi anak-anak raja dan anak bangsawan. dengan penuh seksama, para petinggi kerajaan banggai langsung mengamati dengan penuh teliti terhadap setiap bocah laki-laki yang mereka temui. dan akhirnya disuatu tempat merekapun menemukan seorang bocah dengan ciri yang pernah dikatakan orang tua paruh baya kepada mereka. sementara tanya jawab berlangsung dengan bocah laki-laki itu, seorang petinggi kerajaan sempat melihat dilengan bocah laki-laki tadi yang tersingkap karena tertiup angin, melingkar sebuah gelang kerajaan. gelang kerajaan seperti itu hanya dapat dimiliki oleh putra mahkota dan ternyata bocah laki-laki itu adalah Abu Kasim, putra Adi Soko yang selama ini menghilang dari kerajaan.
Dengan dikawal oleh beberapa petinggi kerajaan, dan tentara kerajaan, Abu Kasim Kemudian dihantar untuk menemui ibunya guna memohon restu dari bundanya. mendengar anaknya ditawari menjadi raja, siti aminah justru menawarkan kepada abu kasim untuk pergi ketanah jawa untuk pergi mencari ayahnya adi soko. hal ini dikarenakan siti aminah tidak merestui putranya untuk menjadi raja dikerajaan banggai.
Untuk menemui ayahnya di pulau jawa, selain membawa perbekalan, Abu Kasim meminta agar dibuatkan kapal, yang bisa menampung 40 orang, ia juga meminta agar disediakan 40 orang anak bayi yang lengkap dgn ayunan bayinya untuk diikutkan bersamanya dalam pelayarannya ke pulau jawa. Ketika kapal abu kasim sudah berlayar kepulau jawa dan sampai didekat pulau molongkobit, tiba-tiba abu kasim berteriak.
"Aaachh......"teriak abu kasim sembari batotobi (dalam bahasa batui diyakini adalah ungkapan kesedihan kepada leluhur yang berbalut do'a kepada sang pencipta)
Dan anehnya ketika abu kasim berteriak, seketika itu juga 40 bayi yang ada dalam ayunan dikapal abu kasim dengan kekuasaan Allah, berubah menjadi orang dewasa. setelah berlayar berhari-hari, abu kasim dapat sampai dipelabuhan tanah jawa dengan selamat. iya turun dan berjalan menuju kediaman raja, namun sebelum turun dari perahunya, abu kasim mengenakan pakaiannya bersama tingko (gelang kerajaan) dilengan kirinya dan palangit (selendang yang berbelang) bersama keris yang tersisip pada pinggangnya. setibanya dirumah raja, abu kasim disambut dengan baik seraya diajak duduk ditempat peristirahatan.
Ketika abu kasim sedang dalam percakapan tiba-tiba datanglah seorang wanita cantik bernama putri saleh yang berbusana sangat minim, mendatangi abu kasim, karena wanita yang mendatanginya hanyalah berpakaian sangat minim (selayaknya tradisi berpakaian putri raja-raja jawa pada umumnya dimasa itu), dengan spontan abu kasim menarik selendang yang melingkar dilehernya dan langsung menutupkan selendang itu ketubuh putri saleh. itulah sehingga mengapa puteri saleh dinamakan putri selendang. namun secara bersamaan adi soko sempat melihat kejadian itu, adi soko mengira abu kasim telah bertindak tidak sopan dan berbuat kurang ajar terhadap putrinya. kontan saja adi soko naik pitam dan ingin menyerang abu kasim, tetapi dengan sigapnya pula, abu kasim membela diri dengan sangat refleks abu kasim menarik lengan bajunya, dan ketika itu pula adi soko melihat benda berbentuk gelang yang melingkar dilengan abu kasim, benda itu tak lain adalah gelang kerajaan yang pernah diberikan kepada putra-putranya. ketika itu pula adi soko lantas bertanya kepada abu kasim ;
"siapa sebenarnya kisanak ini?"tanya adi soko
"hamba adalah abu kasim", jawabnya singkat
Mendengar nama abu kasim, adi soko langsung teringat salah seorang anaknya yang ada ditanah sulawesi (dikerajaan banggai). atas peristiwa ini adi soko merasa gembira karena bertemu dengan seorang anaknya yang telah bertahun-tahun ditinggalkannya. sebagai tanda kegembiraan, adi soko menyelenggarakan pesta kenduri sebagai ungkapan rasa syukur atas selamatan dimana ia baru bertemu anaknya. ditengah suasana gembira dan percakapan sedang berlangsung, abu kasim menyampaikan maksudnya.
"adapun kedatangan ini adalah semata-mata untuk menemui ayahanda, sekiranya ayahanda dapat kembali kebanggai untuk memerintah kerajaan"
Adi soko kemudian menawarkan anaknya abu kasim untuk dapat menggantikan posisinya sebagai raja banggai, namun abu kasim tidak bersedia dengan alasan ibunya siti aminah tidak merestui untuk menjadi raja banggai. apalagi abu kasim masih punya saudara yakni mandafar yang lebih berhak untuk menggantikan kedudukan sang ayah. karena abu kasim menolak, adi soko kemudian berpesan kepada abu kasim ;
"jika nanti ananda pulang kebanggai, temuilah kakakmu diternate, namanya mandafar, untuk menggantikan kedudukan ayah dibanggai"
Akhirnya tibalah waktunya abu kasim kembali kebanggai, abu kasim bersama adiknya yang meminta ikut kebanggai dan membawa oleh-oleh dari ayahnya diantaranya sepasang burung maleo yang dulu ketika abu kasim lahir, burung itulah yang dihadiahkan oleh kakeknya raja motindok. oleh-oleh burung maleo itu diberikan adi soko dengan pesan dapat dikembang biakkan dibanggi karena tidak bisa berkembang biak dipulau jawa. sewaktu abu kasim tiba dibanggai bersama adiknya putri salendang, ternyata dibanggai tidak ada lahan yang cocok untuk tempat perkembangbiakan burung maleo tersebut. akhirnya keduanya mufakat supaya membawa burung maleo kembali ke tanah asalanya untuk dikembang biakan disana.
Amanah sang ayah untuk dapat melestarikan burung maleo itu kemudian dilaksanakan dengan baik, karena itu setiap kali burung maleo bertelur, telur pertamanya harus dihantarkan kepada pemiliknya (raja banggai). pengantaran telur pertam burung maleo (tumpe) inilah yang merupakan amanah leluhur batui yang kemudian dinamakan upacara adat pengantaran TUMPE yang dilaksanakan turun temurun hingga saat ini.
Sumber ; - tulisan Syamsudin Abdul (penilik kebudayaan kec.batui)
- Setiyo Utomo dan Ruly Sangmerah (dalam buku cerita rakyat kabupaten banggai)
- Idat Marida
- Baharudin Hi. Saleh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar