Senin, 01 Februari 2016

Banjir Di Toili Adalah Isyarat Dari Alam Yang Mulai Murka

Oleh : Rahmad Samadi 
Gorontalo 16 Agustus 2014

Sebagian dari kita mungkin memandang banjir besar yang melanda Toili sejak minggu, tanggal 10 Agustus 2014 adalah hal yang wajar karena bertepatan dengan musim hujan yang sering terjadi setiap tahunnya dibulan agustus, sebagian lagi memandang bahwa banjir yang terjadi di Toili adalah murni musibah yang memang tidak bisa kita tebak kapan datangnya dan kapan pula berakhirya. Namun demikian, apabila kita mencoba melihat bencana ini dengan paradigma yang lebih tepat, maka kita akan melihat bahwa banjir yang melanda Toili adalah bentuk peringatan keras yang bersifat universal dari alam semesta untuk kita renngkan bersama. Bencana banjir yang menimpa kecamatan Toili beberapa waktu lalu tentunya sudah cukup membuat mata, pikiran dan hati kita tercengang, bahwa tak satupun dari kita sempat menyangka kalau hujan yang selama ini selalu disambut riang oleh anak-anak kecil saat bersorak sorai mandi dan bermain dibawah derasnya hujan, kini berubah menjadi petaka dan bencana. 

Meski bencana banjir ini tidak menelan korban jiwa, akan tetapi kerugian materi berupa harta benda, rusaknya lahan pertanian dan perkebunan, rusaknya areal permukiman, dan terhambatnya aktivitas perekonomian warga, tentunya menambah deret panjang dampak buruk yang diakibatkan bencana banjir ditanah yang dulunya hijau nan asri seindah Toili.


Sebongkah kekhawatiran dan kecemasanpun sontak menghantui dan menghinggapi pikiran saya sesaat setelah melihat status dan foto-foto kondisi banjir di Toili yang diunggah dalam berbagai media social oleh salah seorang alumni HMB(Himpunan Mahasiswa Batui) dan beberapa adik-adik mahasiswa yang berasal dari kecamatan Toili. bagaimana tidak, kita semua pasti bersepaham bahwa saat damainya hutan yang mulai terusik dengan bisingnya alat berat industry, saat pohon besar terus bertumbangan oleh keangkuhan pemodal dan penguasa, saat banjir badang, tanah longsor, dan gempa bumi mulai berdatangan silih berganti, maka kita akan sadar bahwa uang bukanlah segalanya sementara itu, kitapun sadar betul bahwa kecamatan batui adalah kecamatan yang secara geografis berbatasan langsung dengan kecamatan toili, dimana areal kawasan hutan, pegunungan dan sungai yang ada di toili terintegrasi langsung dengan wilayah kecamatan batui. Sehingga ketika toili diterjang banjir karena kerusakan hutan dan struktur tanahnya, maka kondisi yang sama akan sangat rentan terjadi dikecamatan batui, dan ini berarti masyarakat batui wajib waspada. 

Banjir yang melandana kawasan toili sesungguhnya tidak bisa kita pandang hanya sekedar musibah biasa, apalagi sampai berdalih bahwa itu adalah bagian dari siklus alam yang sifatnya alamiah. Karena banjir yang sudah menimpa kawasan toili mungkin saja akan menimpa kita yang berada dikecamatan batui, esok hari atau dikemudian hari nanti. Banjir yang terjadi ditoili harus kita pahami sebagai tanda, penanda, dan pertanda kemurkaan dari alam didaerah kita yang mulai keropos dan rusak demi melanggengkan kepentingan modal dan penguasa. Keberadaan tambang emas dalam beberapa tahun terakhir mulai merusak struktur tanah diwilayah kecamatan toili dan meluasnya persebaran kawasan perkebunan sawit yang mengakibatkan penyempitan atau mengecilnya kawasan hutan yang pada akhirnya berdampak pada berkurangnya kualitas dan fungsi hutan. Dimana saat terjadi curah hujan yang cukup lama maka hutan yang seharusnya berfungsi sebagai pecegah banjir dengan kerapatan pohon pada areal yang cukup luas, tidak lagi bisa menyerap air dengan baik. Kondisi ini bisa saja tidak begitu jauh berbeda dengan kondisi hutan dan struktur tanah dikecamatan batui dewasa ini. Kalau ditoili punyamesin perusak alam dengan dampak ekologi yang cukup besar seperti sawit dan tambang emas, mka kitapun harus berbangga hati kerena memiliki PT. Sawindo cemerlang dan PT. DS LNG yang paling tidak akan menjadi factor penting yang berpeluang dan berkemungkinan besar akan memberi dampak yang sama bagi anak cucu kita suatu saat nanti.

Oleh karena itu, mulai saat ini marilah kita saling mengingatkan antara sesama putra putri batui, mulai dari pemerintah, masyarakat adat, dewan lembaga adat, tokoh agama, tokoh politik, dan seluruh pemuda kecamatan batui untuk menyatukan tekad demi mendahulukan kepentingan bersama dari sekedar hasrat pribadi. Bahwa saat ini, sudah seharusnya kita memposisikan diri untuk selalu vis a vis (berhadap-hadapan) dan melakukan pengawalan serta pengawasan yang massif terhadap berjalannya dua kekuatan modal besar yang bercokol ditanah tercinta kecamatan batui. Para aktivis pemuda berusahalah untuk tetap menjaga ritme nafas perlawanan, agar tidak mudah kelelahan apalagi sampai PODUT( kehabisan nafas dalam bahasa batui) ketika berhadapan dengan tawaran pihak perusahaan yang tak jarang cukup menggiurkan. Mulai dari tawaran uang yang banyak, sampai pada tawaran jabatan strategis dalam perusahaan. Jangan sempai dendam kemiskinan yang telah sekian lama terpendam kemidian meluluh-lantahkan niat suci kita untuk menjaga dan melestarikan hutan batui. Berusahalah sekuat mungkin untuk tidak menjadi bagian dari mereka yang mencoba hidup mewah dengan cara merusak alam dan tanah batui karena anjing yang ganas sekalipun tak akan pernah menggigit bahkan menggongong tuan yang memberinya makan terus menerus. Kita bukanlah generasi yang anti pembangunan daerah, kita bukan pula generasi yang alergi dengan industrialisasi, kita adalah generasi yang tidak ingin hanya karena sayhwat kesejahteraan dan kemakmuran lalu kemudian melumpuhkan sendi-sendi adat dan moral terhadap alam yang telah menghidupi kita, dan terhadap hutan dengan pepohonannya yang tanpa kita sadari telah sekian lama menjadi sumber oksigen bagi kelangsungan hidup kita hari ini. Sehingga diujung dari tinjauan  moral ini, kita akan mendapati anak cucu kita satu saat nanti bisa mengangkat kepalanya dengan tegak dan bangga karena tanah dan hutannya tetap terjaga ditengah gempuran perkebunan sawit dan industrilisasi MIGAS Di Batui,,,,, SEMOGA!
 

Sumber Foto : Mongabay.com
                                                      

Tidak ada komentar:

Filem Dokumenter Batui ; Mereka Yang Bertahan Di Tanah Asat

Ini adalah filem dokumentar adat batui, kabupaten banggai sulawesi tengah, filem ini menggangkat tema mereka yang bertahan di tanah adat, pr...