Sabtu, 30 Januari 2016

Kabupaten Banggai Dibawah Cengkraman Industrialisasi

(Menyikapi pengaruh ekspansi industri di kabupaten banggai)
Oleh : Rahmad Samadi

Menyelami kekilas sejarah bangsa-bangsa di dunia sepertinya tidak cukup untuk membuka lebar-lebar mata dan fikiran para kaum muda negeri ini bahwa setiap konflik yang terjadi antar negara didunia ini ataupun konflik yang terjadi didalam satu negara terindikasi tidak pernah terlepas dari konflik ekonomi yang ditunggangi oleh kepentingan politik. Perang amerika-unisofyet, amerika-afganistan dan infasi yang dilakukan amerika terhadap irak merupakan bukti nyata bahwa rakyat menjadi korban keganasan konflik yang didasari oleh kepentingan ekonomi dan politik. Dalam setiap konflik dan peperangan yang ia lahirkan pasti selalu rakyat dan masyarakat sipil yang menjadi korban. Bukan para penguasa dan bukan juga negara dan steep aparatusnya. Pemberontakan yang berbau revolusi yang terjadi dinegara-negara eropa dan amerikapun tak ayal dari pengaruh ekonomi/politik sehingga membangkitkan semangat revolusi kelompok-kelompok tertentu yang kemudian bergerak bersama rakyat untuk melakukan pemberontakan terhadap rezim yang berkuasa.Meski demikian tetap saja kebanyakan korbannya rakyat biasa yang dijadikan pion-pion yang siap mati demi melindungi raja dan ratunya.Konflik yang terjadi diberbagai daerah di indonesia seperti yang terjadi di AMBON,ACEH,DAN POSO adalah contoh yang paling jelas mendeskripsikan konflik-konflik yang sengaja diciptakan demi kepentingan ekonomi politik melalui jalur-jalur ekspansi industri sebagai modus operandi baru yang diterapkan oleh negara-negara kapitalis seperti amerika dengan anderboownnya yaitu IMF,WTO,CGI,WORLD BANK dan kelompok ILUMINATI yang tak pernah menginginkan perdamain didunia ini telah menseting konflik demi konflik dengan sistematik, terstruktur danterorganisir dengan begitu apiknya sehingga secara kasat mata kelihatannya konflik yang terjadi adalah murni konflik sosio-kultur atau konflik agama padahal konflik tersebut sengaja dilahirkan untuk mengalihkan perhatian pemerintah dan masyarakat tentang rencana membangun industri-industri besar didaerah tersebut.

Rakyat dipropokasi untuk saling membunuh sehingga lahirlah pertikaian, sementara pemerintah sibuk meredam konflik dan mencegah pertikaian, disisi lain sistem birokrasi pemerintahan mengalami lumpuh total kerena terjadi pembakaran gedung-gedung perkantoran dimana-mana. Dsinilah para investor masuk perlahan-lahan mendirikanindustri ditempat-tempat strategis dan luput dari perhatian kita semua. Sunguh ni merupakan suatu kejahatan yang terorganisir sehingga kembali dan kembali rakyat yang tak tahu apa-apa menjadi pernak-pernik penghias konflik demi kepentingan kelompok dan golongan tertentu.

Berdasarkan napak tilas dan deskripsi diatas, sepertinya RAKYAT dengan kebodohannya yang dipelihara oleh negara dengan mensuastanisasikan dan mengkomersialisasikan instansi/lembaga-lembaga pendidikan sehingga orang miskin sulit memper oleh pendidikan karena biyayanyayang mahal dan menjarat leher rakyat ( masyarakat belum tercerahkan tentang dampak industrialisasi terhadap lingkungan dan pengaruh terhadap struktur sosial,budaya yang membentuk trasisi dalam masyarakat ), ketidak berdayanya karena ia selalu diperhadapkan dengan persoalan tuntutan hidup yang semakin menyulitkan dan memposisikan pada posisi yang terjepit (biaya beli tanah per-meter ditawarkan dengan harga yang tinggi oleh pihak perusahaan .sehingga masyarakat tergiur), ketundukanya karena bertahun-tahun wataknya dihegemoni oleh watak dan karakter ORDE BARU yang otoriter (membuat rakyat takut untuk menentang kebijakan pemerintah yang keberpihakannya sama sekalitidak kepada rakyat, seperti perpes 36 tahun 2005 tentang (hak atas tanah yang memaksa rakyat untuk menjual tanahnya kepada perusahaan yang telah diberi izin oleh pemerintah setempat). Kesemuanya seolah dijadikan momen atau alat untuk membodohi dan memperalat mereka demi kepentingan ekspansi,ekspoitasi dan akumulasi sumberdaya alam kabupaten banggai secara besar-besaran oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.Kabupeten banggai sebagai daerah yang berada disulawesi tengah, telah berhasil menarik perhatian sejumlah pengusaha minyakbertaraf internasional. Dunia internasional telahmenjatuhkan bidiknya pada sebuah daerah yang hingga saat ini masi sedang membangun.

Kabupaten banggai memang memiliki kandungan MIGAS seperti sangat terkenal adalah lapangan minyak sinoro (terletak didesasinorang kec.batui) dan lapangan minyak donggi (terletak didesa dongin kec.toili).Ketersediaan MIGAS tersebut kemudian mengundang perhatian perusahaan-perusahaan minyak asing seperti METCO dan EKSPAN TOMORI, yang ternyata kedua-duanya adalah perusahaan milik amerika serikat. Apalagidengan rencana pemerintah daerah untuk mendirikan perusahaan mentanol di kec. Kintom dan membangun pelabuhan nasional dan jalur axport-import hasil industri didesa tangkian.Bila dilihat secara langsung, kondisi tersebut memang cukup membanggakan. Disamping daerah yang menjadi “primadona dunia” juga pembangunan pelabuhan bertaraf internasionelakan memberikan dampak secara ekonomis lebih luas.Namun tidak berarti sederet keberhasilan tersebut kemudia tidak menyisahkan masalah.

Bila dilakukan analisis lebih mendalam tentang keterlibatan perusahaan-perusahaan internasional dan juga kebijakan lain yang bersifat jalinan kerja sama antara negara, makaakan ditemukan beberapa hal penting yang justru menjadi sumber masalah bagi negara-negara dunia ketiga.Sebab, sadar maupun tidak, kemajuan tersebut akan semakin memperluas kemungkinan pembelian tanah rakyak secara besar-basaran oleh pihak rerusahaan dengan dukungan dan legitimasi dari PEMDA setempat sehingga masyarakat desa akan tersingkir dari tanah moyangnya kerena tanah telah di kapling oleh perusahaan dan pemerintah daerah dan tidak menutup kemungkinan terburukpun akan muncul yaitu konflik kepemilikan tanah.

Ditinjau dari konsep ekonomi pembangunan memang masuknya indutrialisasi agak sedikit membawa angain segar bagi pembanguna infra-struktur daerahdan menunjang ke suburanperekonomian daerah dengan meningkatnya pendapatan kapital dan menambah pendapatan asli daerah (PAD), di sisi lain pertumbuhan industri disuatu daerah juga dapat mengurangi tingkat pengangguran di deerah tersebut. Namun satu hal yang tidak dapat di nafikan adalah bahwa tumbuh pesatnya industrialisasi yang selalu mengarah pada modernisasi juga akan membawa dampak negatif antara lain dapat di sebutkan sabagai berikut :

• Peralihan cara hidup masyarakat, dari masyarakat agraris kemasyarakat industri yangakan mengakibatkan pergeseran budaya dan tradisi masyarakat.

• Mengakibatkan kerusakan lingkungan dan polusi dimana-mana yang dapat membahayakan kehidupan manusia sebagai buah beracun dari pengeskpolitasi alam secarabesar-besaran dan tanpa henti.

• Dapat mengakibatkan gempa dengan skala besar karena terjadi patahan-patahan dan pergeseran lempeng bumi, sementara minyak bumi yang terdapat disela-sela karang,batuan dan kerikil yang ada diperut bumi berfungsi sebagai pelumas untuk mencega getaran gempa dan gelombang tsunami yang timbul dari pergeseran dan pertemuan lempeng bumi telah habis terkuras perusahaan asing.

• Masyarakat semakain teropsesi untuk menjadi pekerjaan diperusahaan dan industri yang menyediakan lapangan kerja dengan meninggalkan cara hidup bertani,berkebun dan nelayan karena dianggap ketinggalan jaman atau bahasa trendnya tidak ngeceng, padahal cara hidup bertani, berkebun dan nelayan adalah ciri khas bangsa kita sebagai negara maritim dan agraris.

• Memicu berdirinya diskotik-diskotik dan warung remang-remang disekitar perusahaan dan idustri sebagai tempat hiburan dan bersenang-senang untuk pelepas lelah para pekerja industri dan perusahaan yang akan mengakibatkan degradasi moral dan pengikisan nilai dan etika islam dikalangan remaja dan pemuda republik ini.

Sebenarnya kalau pemerintah mau berfikir fair-play dan menunjukan keberpihakan kesejahteraan rakyatnya, ditinjau dari kajian agraria sesuai data daerah tahun 2003, kabupaten banggai cukup sejahtera. Potensi sumbar daya yang terkandung dalam bumi kabupatan banggai dapat memenuhi kebutuhan ekonomi 284.275 jiwa penduduk daerah itu.Pada tahun 2007, sejumlah potensi bidang pertanian seperti produksi padi, jagung, kakao, kelapa, kelaoa sawit maupun sektor perikanan mestinya dapat memberikan kontribusi yang jelas bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Pada kenyataanya, sektor-sektor tersebut belum papat memberikan dampak secara ekonomis dalam perjalanan kesmasyarakatan. Sektor pertaian sebagai sektor yang sangat dominan di kabupaten banggai, atau sebanyak 58,35% dari luas wiaya kabupaten banggai tidak memberikan manfaat yang lebih berarti, (www.sulteng.go.id) pengaruh yang sangaat dominan adalah berkisar pada permasalahan agraria (hak atas tanah).Melihat realita yang terjadi di kalangan masyarakat daerah kabupatan banggai, di mana talah terjadi garakan-garakan pembebasan tanah yang di lakukan pihak-pihakperusahaan dengan dukungan pemerintah setampat. Separti yang terjadi di Kec.Batui, Toili, desa tangkian dan beberapa desa di kecamatan kintom. Maka suda saatnya kita memberi pemahaman tarhadap masyaraka dankeluarga kita bahwa menjual tanah hari ini sama halnya samal halnya dengan mengancam ketenagan hidup anak cucu kita dimasa datang karena dampak-damlak industrialisasi yang disebit diatas tidak hanya kita yang merasakan tetapi mereka yang hidup dikehidupan mendatang.

Mahasiswa sebagai kaum menengah yang juga disebut garda depan yang notabennya adalah penyambung aspirasi rakyat terhadap mereka yang duduk dijabatan-jabatan strategis kepemerintahan yang ditangan mereka dirumuskan kebijakan-kebijakan yang menentukan kehidupan rakyat dan menentukan arah bangsa sudah saatnya pula untuk turun berjuan dalam tataran praksis berbareng bersama mereka yang akan menjadi tumbal kesombongan dan kebusukan kekuatan-kekuatan kapitalisme dan neo-liberasme yang telah memporak-porandakan republik ini khususnya daerah kabupaten banggai yang sangat kita cintai.Meningkatkan ekonomi rakyat adalah sesuatu hal yang sangat wajib untuk dilakukan para penguasa. Namun tidak dengan cara menggadaikan masa depan rakyat yang lebih luas.

Jangan jadikan upaya meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) sebagai instrumen pembentaian terhadap nasib jutaan penduduk . sekali lagi, bila rakyat tidak memiliki tanah maka kemerdekaan tidak akan bisa dirasakan. Tanah adalah simbol kehidupan, bila tidak ada tanah berarti kehidupan telah mati dan kemerdekaan-pun ikut mati.

Waullahul muafiek illa aquamithariqWassalamu allaikum wr.wb

Tidak ada komentar:

Filem Dokumenter Batui ; Mereka Yang Bertahan Di Tanah Asat

Ini adalah filem dokumentar adat batui, kabupaten banggai sulawesi tengah, filem ini menggangkat tema mereka yang bertahan di tanah adat, pr...