Minggu, 01 Januari 2017

Contoh ToR Bedah Buku "Jihad NU Melawan Korupsi"

                                                               

Kerangka Acuan Kegiatan
Term Of Reference (TOR)
Bedah Buku “ Jihad NU Melawan Korupsi”
Black wall Cofee, Kota Gorontalo, 27 Januari 2017
“Nahdlatul Ulama adalah jamiyyah yang lurus bersifat memperbaiki dan menyantuni. Ia manis terasa di mulut orang-orang yang baik, dan bengkal di tenggorokan orang-orang yang tidak baik. Dalam hal ini hendaklah Anda sekalian saling mengingatkan dengan kerjasama yang baik. Dengan petunjuk yang memuaskan dan ajakan memikat serta hujjah yang tak terbantahkan.” 

Hadratussyaikh Muhammad Hasyim Asy’ari
(10 April 1875 – 25 Juli 1947) 
Sumber: Mukadimah Qanun Azasi 1926

1.   Gambaran Umum

Sebagai bagian penting dari komponen bangsa yang memiliki andil besar dalam panggung sejarah geneology terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, Nahdatul Ulama tentunya memiliki peran tenting dalam semua lini kehidupan berbangsa dan bernegara.

Peran strategisnya sebagai organisasi sosial keagamaan sekaligus sebagai organisasi massa Islam terbesar di Indonesia tidak hanya dialktualisasikan dalam aras gerakan keagamaan dan keberpihakannya terhadap pelestarian tradisi Nusantara. Namun lebih dari itu, kaum Nahdiyin terus berusaha mempertegas perannya dalam melanjutkan cita-cita luhur pendirinya untuk memastikan kehidupan bangsa yang lebih sejahtera dan berkeadilan.

Sementara itu, salah satu persoalan pelik yang dihadapai bangsa Indonesia dewasa ini adalah KORUPSI. Perilaku korup inilah yang semakin hari semakin menggerogoti dan melemahkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Dan yang sangat memprihatinkan adalah tercatatnya nama Indonesia sebagai salah satu negara dengan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) yang terbilang buruk, justru bersumber dari perilaku koruptif para pengusa, politisi dan penyelenggara negara baik dilevel nasional maupun ditingkat daerah.

Kondisi bangsa yang kian terpuruk oleh tinta hitam korupsi inilah yang menjadi salah satu konsen dalam bahasan buku dengan judul “Jihad NU Melawan Korupsi” hasil inisiasi LAKPESDAM-PBNU, Gusdurian, Kemitraan, dan KPK yang diterbitkan bulan Juni 2016. Buku ini tidak hanya menunjukkan komitmen NU dalam perannya perang melawan korupsi, tetapi juga mengedukasi masyarakat agar lebih peka dengan persoalan korupsi.

Dalam ulasan mukaddimahnya, buku ini mencoba memotivasi pembacanya bahwa “Salah satu alat diplomasi Indonesia ke dunia internasional adalah kebanggaan bahwa kita adalah negeri muslim terbesar di dunia yang moderat dan toleran. Indonesia juga dilihat sebagai negeri muslim dengan tingkat perkembangan demokrasi yang membanggakan. Indonesia dihitung sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia. Kita bisa berbangga dengan perkembangan demokrasi di Indonesia. Meskipun masih ada sejumlah kalangan mempersoalkan relasi Islam dan demokrasi, tapi faktanya demokrasi telah menjadi pilihan jalan politik yang mampu mengkanalisasi seluruh perbedaan orientasi politik di Indonesia”. 

Namun lebih lanjut dibeberkan suatu kenyataan dimana kebanggaan itu harus terinterupsi kalau kita menengok persoalan korupsi di Indonesia. Korupsi dalam berbagai modusnya benar-benar menjadi penyakit yang menggerogoti daya tahan bangsa ini. Hampir semua lini kehidupan masyarakat kita tidak bisa sepenuhnya dilepaskan dari perilaku koruptif. Tidak mengherankan bila Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia terbilang buruk.

Buku ini juga menghadirkan hasil data riset penulis yang dilakukan sejak Tahun 2013 sampai Agustus 2014 dengan Indikator penilaian terkait prinsip transparansi dan akuntabilitas untuk pejabat politik, pemerintah daerah, dan diberbagai level penyelenggara negara, Sehingga analisis dan telaah kritis yang dikemukakan penulisnya benar-benar memiliki dasar pijakan yang kuat baik dari segi tekstual maupun kontekstual. Dalam pokok-pokok bahasanya, buku Jihad NU Melawan Korupsi ini juga menyugukan solusi yang konstruktif, konprehensif, dan terukur baik melalui putusan bahtsul masa’il maupun rekomendasi-rekomendasi yang dikeluarkan, menunjukkan bahwa NU memberi perhatian serius terhadap persoalan korupsi. Bahwa korupsi adalah kejahatan luar biasa yang hanya bisa ditekan atau di berantas apabila terjadi kesamaan persepsi dan sinergitas antara pemerintah, penegak hukum dan masyarakat dalam hal membangun karakter dan semangat anti korupsi.

Semangat jihad melawan korupsi seperti gagasan dalam buku inilah yang coba didiskusikan oleh Lembaga Kajian Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam NU Kota Gorontalo) melalui kegiatan bedah buku “Jihad NU Melawan Korupsi” bekerja sama dengan Gusdurian, dan Ansor Kota Gorontalo, serta mendapat dukungan penuh dari PWNU Provinsi Gorontalo,

2.   Tujuan dan Manfaat

            Selama ini tema Korupsi lebih banyak dipandang sebagai ranah bahasan Hukum, sehingga berbagai analisis konstruktif dan telaah kritis dalam pandangan agama masih sangat jarang kita temui khususnya di Gorontalo, padahal masalah korupsi sudah menjadi masalah umat manusia yang didalamnya ada norma agama. Oleh karena itu keberadaan agama yang mengambil peran sebagai pedoman moral manusia sangat diperlukan agar jalan panjang pemberantasan dan pencegahan perilaku koruptif selaras dan bersinergi anatar norma hukum, norma adat, dengan norma-norma universal dalam islam.

            Melalui bedah buku “Jiahad NU Melawan Korupsi” diharapkan bisa memperkaya hasanah pengetahuan dan wawasan kita dalam memahami konsepsi “Jihad” dalam pandangan islam dan seperti apa dan mengapa NU mengajak dan mengajarkan kita untuk secara berjamaah berjihad melawan KORUPSI.

            Adapun manfaat dari bedah buku “Jihat NU Melawan Korupsi” ini adalah dapat dijelaskan sebagai berikut :

Ø Internal
Melalui bedah buku ini diharapkan bisa media peningkatan kapasitas inteketual dan penguatan pemahaman serta pengetahuan untuk badan-badan otonom dan lembaga NU yang ada di Gorontalo tentang konsep dan pandangan NU dalam hal jihad melawan korupsi.
Ø Eksternal
Mensosialisasikan ide dan gagasan yang ada dalam buku “Jihad NU Melawan Korupsi” kepada Organisasi Kepemudaan, NGO, LBH, Akademisi, Praktisi social, pemerintah dan masyarakat Gorontalo, sehingga semangat jihat melawan korupsi bisa membumi di tanah Gorontalo.
3.   Pembicara.

            Adapaun pembicara utama dalam bedah buku “Jihad NU Melawan Korupsi” adalah sebagai berikut :
Pembicara         :  Abi Setyo Nugroho ( LAKPESDAM PBNU )
                         :  Utusan KPK RI

Pembanding  : Ir. Alim Niode, M.Si, ( Kepala Ombudsman RI Provinsi Gorontalo dan    Budayawan )
                         :  Prof. Dr. Sarson Pomalato, M.Pd, ( Direktur Paska Sarjana UNG)

Moderator       :  Dikson Yasin, S.H.I, M.H.I.


4.   Target Peserta
            Target peserta yang diharapkan hadir dalam kegiatan bedah buku ini adalah sejumlah 340 orang peserta yang terdiri dari :
-       Pejabat di Lingkungan Pemerintah Daerah sejumlah 10 orang
-       PWNU Provinsi Gorontalo sejumlah 25 orang
-       Akademisi, Guru, Politisi, Praktisi sejumlah 20 orang
-       Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Gorontalo 20 orang
-       Organisasi Kepemudaan dan Organisasi Mahasiswa sejumlah 50 orang
-       NGO, LSM, LBH sejumlah sejumlah 20 orang
-       Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Se-Gorontalo 20 orang
-       Lakpesdam Kota Gorontalo sejumlah 25 orang
-       Jaringan Gusdurian Gorontalo sejumlah 25 orang
-       IPNU dan IPPNU Gorontalo sejumlah 25 orang
-       Fatayat NU Gorontalo sejumlah 25 orang
-       Muslimat NU Gorontalo sejumlah 25 orang
-       PC.PMII Kota Gorontalo sejumlah 10 orang
-       PC.PMII Kab.Gorontalo sejumlah 10 orang
-       KOPRI PMII Kota Gorontalo sejumlah 10 orang
-       KOPRI PMII Kab.Gorontalo sejumlah 10 orang
-       Banser NU Gorontalo sejumlah 25 orang

5.   Waktu Dan Lokasi

Hari/ Tanggal  : Jumat, 27 Januari 2017
Waktu             : 18.30 Wita, Sampai Selesai.
Lokasi             : Black Wall Coffee, Jln Agusalim. Kota Gorontalo

6.   Penyelenggara Kegiatan
            Kegiatan bedah buku ini diselenggarakan oleh Lakpesdam NU Kota Gorontalo bekerjasama dengan Gusdurian Gorontalo, Dan Ansor Kota Gorontalo. Serta mendapat dukungan penuh dari PWNU Provinsi Gorontalo.
7.   Susunan Panitia
            Bedah Buku “Jihad NU Melawan Korupsi”

Pelindung                                : Dr. H. Zulkarnain Sulaeman, M.H.I.
                                                  (Ketua PWNU Provinsi Gorontalo)

Penasehat                                : Ariyanto Mopangga, S.Ag.
                                                : Muhlis Huntua, S.Ag, M.Si.
                                                : Moh. Jufryhard
                                                : Meis Kiraman
                                                : Firman Ikhwan

Penanggung Jawab                 : Wahyudin Mamonto
                                                : Cristopel Paino

Ketua Panitia                          : Rahmad Samadi
Sekertaris                                : Abdul Kadir Lawero
Bendahara                               : Inal Datunsolang

Seksi Acara                             : Anggi Mamonto
                                                : Rin Kobandaha

Seksi Humas                           : Djemy Radji
                                                : Evol Paino
                                                : Aprianto Miu
                                                : Pepen

Seksi Peralatan                        : Nikky Iriandi Ilanunu
                                                : Adri Yudha I. Damongi
                                                : Adi Lakoro
                                                : Zulhan Potabug

Seksi Konsumsi                       : PMII Komisariat IAIN Cab. Kota Gorontalo


Seksi Penggalangan
Dana, Dekorasi Dan
Dokumentasi                           : Ersandi Paputungan
                                                : Irsandi Posuma
                                                : Mukli Gaib
                                                : Aldirman S.Pawata
                                                : Radli Dodo
                                                : Rizky Potabuga
                                                : Zulkifly D. Karau
                                                : A Fahrul Rozi
8.   Sumber dana
Sumber dana dari kegiatan bedah buku “Jihad NU Melawan Korupsi” adalah berasal dari PWNU Provinsi Gorontalo dan PCNU Kota Gorontalo.

9.   Agenda Acara
            Terlampir

10.              Rencana Anggaran
            Terlampir

11.     Penutup
Demikian Tor of Reference ini dibuat, agar dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan.


Lampiran 1
Agenda Acara Bedah Buku “Jihad NU Melawan Korupsi”
Black Wall Coffee, 27 Januari 2017

WAKTU

ACARA

PENGISI ACARA

TEMPAT

18.45-19.00
Pembukaan
Risno Ahaya (Maestro Gambus Gorontalo)





Black Wall Coffee
19.00-19.10
Opening Ceremony
MC
19.10-19.15
Sambutan
- Wahyudin Mamonto (Ketua  Lakpesdam NU Kota Gorontalo)
- Dr. H. Zulkarnain Sulaeman,M.H.I. (Ketua PWNU Prov.Gorontalo) sekaligus Membuka dengan resmi Kegiatan Bedah Buku “Jihad NU Melawan Korupsi”
19.15-19.30
Pemaparan Moderator
Dikson Yasin, S.Hi, M.H.I.
19.30-20.30
Pemaparan Materi
Narasumber Dan Pembanding
20.30-20.50
Tanya Jawab
Moderator
20.50-21.00
Penutup
MC
21.00-21.30
Deklarasi Gorontalo Anti Korupsi Dan Foto Bersama

MC


Kamis, 29 Desember 2016

SEJARAH YANG HAMPIR KITA LUPAKAN, 22 Oktober 1945 (71 thn yg lalu)

Sumber : Bc Fb pada hari santri nasional.

_*RESOLUSI JIHAD*_
(Sejarah yang terlupakan atau sengaja dilupakan ?)

Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, namun belum genap 1 bulan usia kemerdekaan, Indonesia langsung mendapat ujian yg berat. Tentara Sekutu yang membonceng tentara Belanda mendarat di Jakarta dan kota-kota besar lainya di Indonesia.

Bung Karno dan Bung Hatta berupaya melakukan upaya DIPLOMATIK untuk mendorong tentara Sekutu bekerja profesional hanya mengurus tahanan saja dan tidak mengutak-ngatik _Status kemerdekaan Indonesia,_ namun upaya itu tidak membuahkan hasil.
Bung Karno galau saat itu, beliau menganalisa bila sampai terjadi peperangan secara sistematis, Indonesia pasti tidak akan bisa mengalahkan tentara Sekutu, karena persenjataan mereka jauh lebih lengkap dan keahlian militernya lebih memadai.

Atas saran dari *Panglima Besar Jenderal SUDIRMAN,*  Bung Karno di minta untuk mengirim utusan Khusus kepada *Roisul-Akbar Nadhatul 'Ulama* (Ketua Umum NU) yaitu *Hadrotus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari*  di Pondok Pesantren _Tebuireng Jombang._
TUJUANYA untuk meminta FATWA kepada Kiyai Hasyim tentang bagaimana Hukumnya BERJIHAD membela negara yang notabene bukan negara Islam seperti Indonesia.
Kyai Hasyim lantas memanggil KH. Wahab Hasbullah dari Tambak Beras Jombang. Kiyai Wahab diminta untuk mengumpulkan para Ketua NU se Jawa-Madura untuk membahas persoalan ini, bukan hanya itu saja, Kiyai Hasyim juga meminta kepada para Kiyai-Kiyai Khos (utama) NU, untuk melakukan Sholat Istikhoroh, salah satunya adalah Kiyai Abbas dari Pon-Pes Buntet Cirebon Jawa Barat.

*22 Oktober 1945* seluruh Delegasi NU Sejawa & Madura telah berkumpul di Kantor Pusat Ansor di Jl. Pungutan Surabaya.
Kiyai Hasyim langsung memimpin pertemuan tersebut dan kemudian di lanjutkan oleh Kiyai Wahab. Setelah berdiskusi yang cukup panjang dan mendengarkan hasil istikhoroh para kiyai utama NU, pada esok siangnya tanggal *22 Oktober 1945* pertemuan menghasilkan 3 rumusan penting yang kemudian dikenal dengan istilah *RESOLUSI JIHAD NU*

*Isinya:*

*Pertama:*
_*SETIAP MUSLIM, TUA, MUDA DAN MISKIN SEKALIPUN WAJIB MEMERANGI ORANG KAFIR YANG MERINTANGI KEMERDEKAAN INDONESIA.*_

*Kedua:*
_*PEJUANG YANG MATI DALAM PERANG KEMERDEKAAN LAYAK DIANGGAP SYUHADA' (mati syahid)*_

*Ketiga:*
_*WARGA YANG MEMIHAK KEPADA BELANDA DIANGAP MEMECAH-BELAH KESATUAN DAN PERSATUAN OLEH KARENA ITU HARUS DIHUKUM MATI.*_

Dokumen Resolusi JIHAD ditulis dalam huruf ARAB-JAWA atau disebut *huruf PEGON,* yang ditandatangi oleh KH. Hasyim Asy'ari, lalu disebarluaskan ke seluruh jaringan pesantren, tak terkecuali kepada para Komandan LASKAR HIZBULLAH & SABILILLAH di seluruh penjuru Jawa dan Madura.
Dokument Resolusi Jihad juga dimuat dalam sejumlah media massa pergerakan pada masa itu. Hanya berselang 3 hari pasca RESOLUSI JIHAD dicetuskan, 6.000 tentara Sekutu mendarat di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dengan persenjataan lengkap.
Mendengar kedatangan pasukan PENJAJAH, RIBUAN SANTRI, MUJAHIDIN & PARA KIYAI Sejawa Timur bergerak menuju SURABAYA dan situasi pun terus memanas dan cenderung tidak terkendali.
RESOLUSI JIHAD NU telah memompa semangat PERALAWANAN RAKYAT dan MEMICU TERJADINYA PERTEMPURAN HEBAT selama 3 hari 3 malam di Surabaya, tanggal 27 sampai tanggal 29 Oktober 1945. Tentara Inggris KEWALAHAN menghadapi perlawanan RAKYAT JAWA TIMUR.

Inggris lantas mendatangkan SOEKARNO ke Surabaya untuk diajak berunding melakukan gencatan senjata. Pagi hari tanggal 30 Oktober gencatan senjata ditandatangani pemerintah INDONESIA dan INGGRIS, namun pada sore harinya terjadi insiden di *Jembatan Merah* yang menewaskan orang no.1 tentara Inggris di Surabaya yaitu JENDRAL MALLABI, gencatan senjatapun langsung berakhir.
Pengganti Jenderal Mallabi yaitu Jendral ROBERT MANSION mengultimatum laskar pejuang dan tentara Indonesia agar menyerahkan senjata kepada Inggris paling lambat 10 November 1945, jika TIDAK Inggris mengancam akan membumi hanguskan SURABAYA dan MEMBOMBARDIR Surabaya dari 3 arah sekaligus LAUT, DARAT dan UDARA.

Mendengar ancaman itu, para komandan LASKAR HIZBULLOH, SABILILLAH, MUJAHIDIN, TKR dan PARA SANTRI marah besar.
Seorang pemuda bernama Soetomo atau yang lebih akrab dipanggil BUNG TOMO, sowan kepada Kiyai Hasyim, meminta izin untuk menyebarluaskan­ RESOLUSI JIHAD MELALUI RADIO.

Pada Pidato Bung Tomo.

KH. Ahmad Muchid Muzadi (Pemuda Anshor 1945 dari Jember Jawa Timur) Mengatakan: *" Hai.. Tentara Inggris, ayo kita berperang, kita ini tidak takut, kalau mati kita syahid, kalau hidup kita akan menjadi bangsa yang merdeka."*

Pasukan terdepan yang bertempur di Surabaya adalah:

(1). *Laskar Hizbullah* yang dipimpin oleh KH. Zainal Arifin, dari Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Wafat di Jakarta.

(2). *Laskar Sabilillah* yang dipimpin oleh KH. Masykur, dari Pon-Pes Mishbahul Wathon (Pelita Tanah Air) Singosari Malang Jawa Timur.

(3). *Barisan Mujahidin Indonesia* yang dipimpin oleh KH. Wahab Hasbullah dari Pon-Pes Tambak beras Jombang Jawa Timur.

(4). PETA Sebagian besar Batalionnya dipimpin oleh Para Kiyai NU.

(5). Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Resolusi Jihad NU (Sejarah yang terlupakan) Cukup disayangkan, karena Resolusi Jihad NU 22 Oktober 1945,
*Tidak tercatat dalam Sejarah Resmi Indonesia.* Ada upaya untuk menghilangkan jejak peran *para Santri dan Kiyai* dalam memperjuangkan kemerdekaan. Hal itu diduga terkait dengan kebijakan Rasionalisasi, Nasionalisasi dan Modernisasi TKR, yang mengakibatkan para *Milisi terdepak*dari TKR. Walau sedikit kecewa pada pemerintah saat itu, tapi para pejuang NU tetap sadar bahwa mereka berjuang bukan untuk pemerintah, tapi untuk membela negara dan tanah air, mereka tetap setia dengan Resolusi Jihad dan tetap selalu menjaga serta membela NKRI.
Mereka tidak pernah berfikir untuk melawan pada pemerintah yang sah, apalagi memberontak dan KUDETA. Bahkan mereka berperang lagi menghadapi Agresi Militer Belanda tahun 1947-1948.
Semoga yang gugur membela NKRI menjadi Syuhada.
Aamiin ...

*Selamat HARI SANTRI NASIONAL*

Minggu, 26 Juni 2016

Tradisi Tumbilotohe Gorontalo dan sepenggal rindu suasana malom tutungan dibatui

 

Assalamualaikum sahabat sahabat dan toutus-utus (saudara dalam bahasa batui) bagaimana kabar kalian? Pasti lagi semangat puasa kan? Alhamdulillah kalau begitu. Nah biar puasanya tambah keren mari kita simak sedikit ulasan saya tentang tradisi malam pasang lampu dibatui yang dikenal dengan malom tutungan dan perbandingannya dengan tradisi serupa digorontalo. Tapi sebelum itu, wabil-khusus untuk generasi muda batui, Masih ingat kan apa itu malom tutungan....?

Apa....? 
Ada yg sudah mulai lupa....? 
Aduh kenapa bisa lupa....? 
Bagaimana...?
Sudah mulai ditingalkan tradisinya...?

Owwh,masih ada yg melaksanakannya...
Hanya saja tak lagi sesemarak dulu...!!!

Begitulah kira-kira penggalan naskah dialog batin yg terjadi dalam diri kita ketika mengenang malam tutungan dimasa kecil kita sambil menyaksikan tradisi malam pasang lampu atau tumbilotohe digorontalo yang kian tahun kian semarak bahkan menjadi ikon wisata reliji disetiap bulan ramadan. Nah untuk itu mari kita ulas bagaimana kesamaan dan perbedaan tradisi malam pasang lampu bulan ramadan digorontalo dan didaerah tercinta batui.

Tradisi malam pasang lampu merupakan tradisi menyambut malam ke-27 bulan ramadan, sebagian masyarakat dibeberapa daerah baik digorontalo maupun dibatui menyakini bahwa malam tumbilutohe atau malom tutungan adalah petanda bulan ramadan telah memasuki malam lailatulqadar atau petenda akan berakhirnya bulan ramadan. Keyakinan inilah yang menjadi kesamaan substansi dari malam pasang lampu di kedua tempat ini, baik itu dibatui maupun digorontalo. Bagitupun dari segi tampilan sampai cara pasang lampunya memang ada beberapa kesamaan antara tradisi tumbilotohe dan tutungan yaitu baik tumbilotohe digorontalo dan tutungan dibatui sama-sama menggunakan media bambu,kerang,dan botol bekas minuman seperti kratingdeng dan M150 sebagai lampu dan untuk bahan bakarnya menggunakan minyak kelapa dan minyak tanah. Lampu2 itu kemudian diletakkan dihalaman rumah, digerbang pagar rumah, atau di pasang berderet didepan pagar rumah masing-masing.

Namun apabila kita sandingkan tradisi malam tumbilotohe digorontalo dan malom tutungan dibatui, mungkin disitu kita akan menemukan adanya perbedaan yang sangat mencolok antara keduanya. Apalagi bagi kita yang pernah mengalami indah dan romantiknya malom tutungan dibatui pada masa-masa kecil dulu, dimana partisipasi masyarakat mulai dari orang tua,anak muda hingga anak kecil begitu besar sehingga menambah kesakralan dan kemeriahan malam tutungan tersebut.

Hingga saat ini, tradisi malam pasang lampu tumbilotohe digorontalo tidak pernah lekang oleh zaman apalagi tergerus oleh laju perkembangan daerah. Tingginya partisipasi masyarakat baik penduduk asli gorontalo maupun para pendatang, serta dukungan pemerintan daerah membuat tradisi tumbilotohe makin semarak dari tahun-ketahun. Saking remainya tradisi tumbilotohe ini, seluruh daerah gorontalo mulai dari rumah,jalan,hingga lorong-lorong kecil mendadak terang benderang dengan deratan lampu botol dengan beragam bentuk dan jenis dibalut kreatifitas masing-masing warganya. Ada yg membuat tumbilotohe dengan desain ucapan selamat hari raya idul fitri, ada yg nyala lampunya dirangkai hingga berbentuk nama kampung mereka, dan masih banyak lagi bentuk kreatifitas yang kemudian melebur bersama tradisi malam pasang lampu digorontalo. Sungguh indah bukan...?

Sementara itu pemandangan berbeda tentu akan kita jumpai pada malam 27 ramadan atau yg dikenal dengan malom tutungan dibatui, momen yang dulunya juga tak kalah semarak dengan tumbilotohe digorontalo, tapi itu dulu....!!!

Dulunya malom tutungan adalah malam yang paling dinanti-nanti oleh masyarakat batui, khususnya muda-mudi dan anak-anak. Persiapannya bahkan sudah dimulai sejak 1 minggu menjelang malam 27 ramadan, dimana bapak-bapak dan anak lelakinya sudah mulai merangkai bambu,kerang dan botol untuk dipasang dimalam tutungan nanti. Geliat riang gembira anak-anak kecilpun menambah indah malom tutungan, mereka akan berebut menyalakan tampu demi lampu yg ada didepan halaman rumah mereka masing-masing, sambil bermain dan saling berkejaran dihalaman rumah, para muda-mudipun tak kalah gembira dimalam tutungan itu, mereka berkumpul bersama teman-teman dan kerabat dekat sambil bersenda gurau,bau ranum tawa sesekali terpancar diwajah riang meraka yang semakin menambah romantis rusanana kampung batui ketika itu.

Paling tidak itulah sepenggal memory malom tutungan yg masih tersisa dalam ingatan masa-masa kecil saya.

Yang unik dari malam tutungan dibatui sekaligus membedakannya dengan tradisi tumbilotohe digorontalo adalah jumlah lampu yg akan di pasang didepan rumah masing-masing warga. Klw malam tutungan yang kita saksikan digorontalo saat ini tidak ada lagi batasan jumlah lampu yg dipasang didepan rumah, hal berbeda terjadi dalam tradisi malom tutungan dibatui, dimana jumlah lampu yg akan dinyalakan ditiap tumah haruslah sama dengan jumlah jiwa yang ada dirumah tersebut. Hanya saja saat ini tradisi tutungan dibatui tidak lagi dilaksanakan oleh semua warga batui. Sehingga dihawatirkan tradisi ini akan punah satu saat nanti.

Oleh karena itu, sudah saatnya kita kumpulkan lagi kepingan-kepingan memori itu, banyangkan indahnya malam tutungan,bayangkan ramainya, dan bayangkan begitu romantisnya suasana tutungan dibatui yang pernah ada dulu.

Ayo generasi muda batui,,,,Mari kita meriahkan lagi tradisi malam tutungan dibulan ramadan yang akan datang.

Rabu, 10 Februari 2016

Kopi Salah Tetes

Rabu,10 februari 2016 pukul 21.00 wita. Ada yg menarik saat saya menghampiri beberapa teman di sebuah kedai kopi maksoed. Entah kejadian apa yg baru saja saya lewatkan saat itu sehingga gelak tawa beberapa teman tak henti-hentinya pecah ditengah percakapan mereka.

Kedai kopi maksoed adalah satu-satunya kedai kopi digorontalo yg menyajikan menu vietnam drif coffe atau orang kebanyakan menyebutnya copi tetes, hal ini karena cara menikamatinya adalah dengan menunggu tetes demi tetes kopi yg secara perlahan keluar dari gelas penyaring berfilter khusus yg diletakkan di atas sebuah gelas hingga penuh, sehingga butuh kesabaran untuk mulai menikmatinya. Tempatnya yg strategis berlokasi di halaman samping kantor sekretariat AJI (aliansi jurnalis independen) membuat kedai kopi ini ramai dikunjungi para penikmat kopi digorontalo, mulai dari kalangan wartawan, aktivis lingkungan, pejabat, budayawan, pemuda nu, bahkan salah satu personil grup Band Navicula yaitu Roby Navicula sudah pernah mendatangi dan menikmati langsung kopi tetes racikan sahabat Handy Maksoed (pemilik kedai kopi maksoed)

Sekedar ingin mengenalkan sensasi menikmati secangkir Vietnam drip, saya coba mengajak beberapa teman untuk mengunjungi kedai kopi yang sudah sering saya datangi bersama sahabat-sahabat anggota LAKPESDAM NU Kota Gorontalo. Sesampainya disana sayapun mempersilahkan mereka untuk memesan kopi sesuai selera mereka masing-masing, sembari menawarkan agar mereka memesan kopi tetes. Dan merekapun menyahutinya dengan  memesan kopi yg saya rekomendasikan.

Saat sedang menunggu kopi pesanan masing-masing, sayapun meninggalkan mereka yang saat itu sedang duduk asik bercerita disalah satu meja dikedai tersebut untuk sekedar membeli makanan, karena kebetulan saat itu saya belum makan. Dan sekembalinya saya dikedai kopi, saya langsung menghampiri meja tempat duduk mereka untuk menanyakan bagaimana pendapat mereka tentang rasa kopi tetes yang sudah mereka pesan. Namun belum sempat saya bertanya, mereka malah menyambut saya dengan gelak tawa sambil berkata:

"Hahaha, ka.mad ada kejadian lucu lagi disini waktu ka,mad pigi tadi, rugi skali ka mad tidak ada disini tadi" kata salah seorang teman.

Melihat tingkah mereka yg terlihat seolah baru saja mengalami peristiwa lucu dan tak terduga, sayapun langsung bertanya tentang peristiwa lucu apa sebenarnya yang mereka maksud.
Kerena didorong rasa penasaran, saya langsung menanyakan kepada Handy si pemilik kedai kopi yang saat itu kebetulan sedang duduk tepat dibelakang mereka.

"Handy,,,,ada kejadian aneh disini tadi?" Tanya saya kepada handy.
Sambil tertawa, Handy menjawab rasa penasaran saya saat itu.

" Oh iya,,,tadi ada sedikit insiden lucu disini, waktu kamu ada keluar. Napa yg baju merah itu tersangka utamanya mat, dia kase pisah itu gelas saringan kong dia pigi taro diatas meja, untung saja ana sempat dapa lia,amper cuma da abis manetes diatas meja depe kopi bukan manetes pa depe gelas" tutur Handy sambil tertawa kecil.

Nah,,,,ternyata disitulah peristiwa lucu yang menggugah rasa penasaran saya bermula. Secara kebetulan satu dari 4 teman yang datang bersama saya malam itu ternyata belum pernah mencicipi sajian kopi tetes tersebut, sehingga ia memang sama sekali belum mengetahui bagaimana tata cara menikmati kopi tetes.

Sebut saja namanya Awal si penikmat kopi. Dia adalah salah satu anggota HMB (Himpunan Mahasiswa Batui Cabang Gorontalo). Kegemarannya minum kopi ternyata membuat rasa penasarannya memuncak saat saya menceritakan tentang nikmatnya rasa kopi tetes kedai maksoed. Sehingga ketika ia disuguhi kopi tetes pesanannya, tanpa bertanya atau menyimak terlebih dahulu cara pengunjung lain menikmati kopi tetes itu, ia kemudian langsung memisahkan wadah penyering yang masih dipenuhi kopi dan meletakkannya diatas meja. Singkat cerita, meluberlah kopi tetes di atas meja sampai akhirnya ia tersadar dan berkata :

"Ya ampun saya kira ini kopi mo di tuang di gelas so itu saya kase pisah begini" sambil ia bergegas meletakkan kembali saringan kopi ke tempat semula, berharap tak ada yang melihat tingkah lucunya itu.

Namun apa boleh buat tai kambing bulat-bulat nasi pun telah menjadi bubur. Belum sempat ia menyembunyikan peritiwa unik yang dilakukannya, ramai tawa para pengunjung kedai memecah suasana malam itu.

Sungguh malang nian nasibmu wahai sahabat.
"hahahaha" akhirnya sayapun faham peritiwa lucu apa gerangan yang telah saya lewatkan.

Filem Dokumenter Batui ; Mereka Yang Bertahan Di Tanah Asat

Ini adalah filem dokumentar adat batui, kabupaten banggai sulawesi tengah, filem ini menggangkat tema mereka yang bertahan di tanah adat, pr...